Perselisihan antara pemerintah China dengan pengelola laman Google mengenai keamanan berinternet dan sensor ternyata mengundang tanggapan dari pemerintah Amerika Serikat (AS). Reaksi Washington adalah menyiratkan dukungan bagi laman terkemuka pencari data dan informasi lewat internet itu.
Demikian Nick Shapiro, juru bicara kantor kepresidenan AS, Gedung Putih, Kamis 14 Januari 2010.
"Amerika Serikat selalu menegaskan pandangan kami kepada China mengenai pentingnya penggunaan internet tanpa batasan dan juga mengenai keamanan dunia maya (cybersecurity)," kata Shapiro. "Kami terus menanti penjelasan dari China," lanjut Shapiro.
Dia menanggapi kian runcingnya hubungan antara pengelola Google dan China. David Drummond, Kepala Eksekutif Pengembangan Korporat dan Urusan Hukum Google, beberapa hari lalu menyatakan niat perusahaannya untuk hengkang dari China karena selalu mendapat serangan dari para peretas (hacker).
Tak hanya itu, Google pun berencana tidak lagi bekerjasa dengan pemerintah China dalam melakukan sensor atas laman mereka. Menanggapi sikap itu, China justru menegaskan bahwa semua perusahaan internet di negaranya harus patuh pada kendali negara. Isu itulah yang akhirnya memperuncing masalah antara Google dan China.
Pemerintah China menyatakan bahwa sensor internet perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan nasional dan mensukseskan kampanye anti pornografi. Namun, pengelola laman mengeluh bahwa pemerintah tidak saja menutup akses laman-laman porno namun juga situs yang memuat informasi-informasi yang dianggap sensitif, seperti menyuarakan kebebasan berpendapat dan wacana demokratisasi di China.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS berencana meminta penjelasan dari China menyangkut polemik dengan Google. David Shear, pejabat senior Deplu AS, Kamis lalu sengaja makan siang bersama dengan seorang diplomat China di Washington DC. Selain itu duta besar China untuk AS kabarnya akan dipanggil untuk menjelaskan masalah itu.
Harian China berbahasa Inggris yang selalu menyuarakan kepentingan pemerintah, The Global Times, justru memperingatkan bahwa hengkangnya Google bisa menciptakan situasi yang "saling merugikan."
"Google telah melakukan langkah-langkah ekstrem, namun mereka mengingatkan kita untuk memberi perhatian atas isu kebebasan informasi," demikian artikel opini dari The Global Times. Surat kabar itu menilai bahwa pengaruh nasional dan daya saing China tergantung pada akses untuk mendapatkan informasi. vivanews
Demikian Nick Shapiro, juru bicara kantor kepresidenan AS, Gedung Putih, Kamis 14 Januari 2010.
"Amerika Serikat selalu menegaskan pandangan kami kepada China mengenai pentingnya penggunaan internet tanpa batasan dan juga mengenai keamanan dunia maya (cybersecurity)," kata Shapiro. "Kami terus menanti penjelasan dari China," lanjut Shapiro.
Dia menanggapi kian runcingnya hubungan antara pengelola Google dan China. David Drummond, Kepala Eksekutif Pengembangan Korporat dan Urusan Hukum Google, beberapa hari lalu menyatakan niat perusahaannya untuk hengkang dari China karena selalu mendapat serangan dari para peretas (hacker).
Tak hanya itu, Google pun berencana tidak lagi bekerjasa dengan pemerintah China dalam melakukan sensor atas laman mereka. Menanggapi sikap itu, China justru menegaskan bahwa semua perusahaan internet di negaranya harus patuh pada kendali negara. Isu itulah yang akhirnya memperuncing masalah antara Google dan China.
Pemerintah China menyatakan bahwa sensor internet perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan nasional dan mensukseskan kampanye anti pornografi. Namun, pengelola laman mengeluh bahwa pemerintah tidak saja menutup akses laman-laman porno namun juga situs yang memuat informasi-informasi yang dianggap sensitif, seperti menyuarakan kebebasan berpendapat dan wacana demokratisasi di China.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS berencana meminta penjelasan dari China menyangkut polemik dengan Google. David Shear, pejabat senior Deplu AS, Kamis lalu sengaja makan siang bersama dengan seorang diplomat China di Washington DC. Selain itu duta besar China untuk AS kabarnya akan dipanggil untuk menjelaskan masalah itu.
Harian China berbahasa Inggris yang selalu menyuarakan kepentingan pemerintah, The Global Times, justru memperingatkan bahwa hengkangnya Google bisa menciptakan situasi yang "saling merugikan."
"Google telah melakukan langkah-langkah ekstrem, namun mereka mengingatkan kita untuk memberi perhatian atas isu kebebasan informasi," demikian artikel opini dari The Global Times. Surat kabar itu menilai bahwa pengaruh nasional dan daya saing China tergantung pada akses untuk mendapatkan informasi. vivanews